Friday, August 23, 2013

Sejuta Cerita Dibalik Lagu "Gemilang Itu Ada Gama Fatul"

BY Unknown IN No comments

Mungkin masih inget dengan Gebrakan luar biasanya seorang Gama Fatul dengan senandung ini, saat itu juga muncul sebuah Note Istimewa yang dikerjakan oleh sang Munsyid dan Hyuga Fauzi sbagai editornya,, berikut kami ulass dan kami sajikan juga di Blog Dnasyid,,,, cekidooottt



Bergegas kau raih gemilang cahayamu

Dalam melangkah dalam semangat jiwamu

Walau rintangan selalu saja menghadang

Percaya gemilang itu ada, Percayaaaaa gemilang ituuuuuuuuuuu aaaaadddaaaaaaaa. . .  . .

(sampe karena terlalu kepanjangan, suara saya tenggelam nih)


Assalamu’alaikum

SALAM GEMILANG sahabat semuanya, , ada kisah menari nih dari seorang sahabat , yang kebanyakan 5000 sahabat saya di facebook sudah banyak yang tau siapa beliau yang menyanyikan senandung tersebut, Gemilang itu ada, pertama kali denger skitar bulan November 2012 lalu, Luar biasa dibalik kesuksesan senandung  tersebut ternyata menyimpan banyak sekali kisah menarik yang bisa kita kupas secara tajam, setajam PACUL, ha ha, kalau saya sebut silet nanti ndak malah iklan infotainment


Udah nyebut kaleeeee” Morgan smash nyeletuk tuhhh tiba-tiba. . .


Nah sahabat, saya terharu setelah membaca tulisan sang dibuat oleh solois yang satu ini tentang dibalik videoclip dan senandung berjudul Gemilang Itu Ada, Tapi ada juga tulisan yang membuat saya ketawa hwahahah, salah satunya adalah kalimat

 “Sik Ganteng Maut dari Priangan Timur” saya langsung whatttttt  dalam hati.. sambil kirim chat ke pelakunya langsung :-D, Nah berikut tulisan yang sungguh menarik dari seorang Soloist bernama Gama Fatul , yang juga menjadi nominasi soloist favorit di ajang Indonesian nasyid awards 2013 ,  pesan kang gama – di tunggu vote-nya yaa. .  Nah berikut untaian kisah dari kang Gama Fatul, :-D, siapkan tisu, ember sama pop corn skalian ya :-D, upss


Selamat membacaaa – semoga bermanfaat. . . Aamiin



..............................................."Sejuta Cerita di Balik Gemilang Itu Ada"...............................................









Tidak pernah terpikir sebelumnya untuk membuat video clip single kedua saya, "Gemilang Itu Ada". Namun panggilan untuk memiliki video clip muncul ketika tawaran datang dari Studio Bambu, Jakarta timur, yang mana sebelumnya melibatkan saya dalam dua proyek single dengan video clip, yaitu, "Kawan Sejati" dan "Merah Putih". Setelah berpikir panjang dan memikirkan banyak hal dan kemungkinan, saya akhirnya maju untuk tidak hanya memproduksi musik tapi sekaligus video clip. Akhirnya disepakatilah video clip "GIA" untuk diproduksi.
Jakarta, November 2012



Awal November, saya jadikan momentum untuk merilis single terbaru saya, "GIA" di sebuah TV online, setelah single pertama "Untai Do'a" saya rilis di bulan Maret 2012. Seminggu berselang, saya putuskan untuk melakukan syuting pertama video clip "GIA" di Pantai Marina Ancol seharian penuh bersama kru dari Studio Bambu. Peristiwa lucu dan hal-hal menyenangkan dimulai dari sini. Siang hari, kami sampai di Pantai Marina Ancol untuk take video clip "GIA". Namun, take dilakukan sore hari karena cuaca panas yang kurang bagus untuk syuting.
Akhirnya kami putuskan untuk menunggu saja. Tiba-tiba kami dapat kabar bahwa Bang Fadli (Kakak dari Bang Ardi Grup Nasyid "Amole") sedang menjadi Master of Ceremony di daerah Pantai Marina Ancol. Kami senang karena itu tandanya kami bisa bertemu beliau di sana. Setelah berkeliling, kami akhirnya bertemu bang Fadli. Ternyata bang Fadli sedang "on duty" sebagai MC sebuah wedding, kami disuruh masuk dan disuruh makan di sana.


             "Asyik gratis",  dalam hatiku, maklum orang Indonesia hobi, ya, dengan hal-hal gratis. Jiaahhh.


Tidak hanya itu, saya dan Mas Marta "Fatih" yang kebetulan menjadi kru Studio Bambu, disuruh "unjuk gigi" untuk bernyanyi di acara Wedding tersebut. Akhirnya, duet maut senior dan juniorpun terjadi. Eaaaa. Seolah kami bernyanyi sebagai "tanda bayar" karena udah makan gratis di acara wedding tersebut. Hahaha. Kejadian yang tak terduga. Niat mau take video, malah disuruh makan gratis dan wedding singer dadakan. What an unexpected moment! Sebelum acara wedding berakhir,
Bang Fadli menyuruh kami untuk take beberapa gambar di tempat resepsi wedding tersebut, karena tempat resepsi dilangsungkan di sebuah bangunan permanen yang didisain menjorok ke pantai layaknya kapal yang sedang berlabuh. Kami setuju.


            "Yah, lumayan untuk stok video" Gumamku.


Kejutan tidak sampai disitu, sebelum benar2 take video clip, kami beristirahat dahalu di sebuah kapal milik sebuah Dinas DKI Jakarta yang kebetulan Bang Fadli juga dipercaya sebagai penanggung jawab kapal tersebut. Untung sekali kapal tersebut tidak berlayar, jadi hanya diam saja, kalo berlayar rasanya saya tidak berani karena seumur hidup belum pernah naik kapal laut.


Di dalam kapal mungil tersebut kami beristirahat, menonton TV, mengborol, rebahan dan membicarakan konsep video nanti sore. Hampir saja kami keenakan hingga lupa kalo sore telah tiba. Maklum, kami tidak pernah masuk kapal laut yang cukup megah dengan fasilitas yang keren. Akhirnya kami pamit dan kami berangkat meneruskan perjalanan hingga akhirnya kami menemukan titik syuting yang kami rasa cocok dan syutingpun kami lakukan. Antara panas, gerah, malu, canggung karena dilihat pengunjung Pantai Marina Ancol. Hahah... Sudahlah, biarkan.
Hari itu saya cukup menikmati syuting. Selanjutknya kami lanjutkan ke scene berikutnya yaitu,  pantai. Dan..."Jeng jeng jeng..." Marina ancol itu pantainya tidak layak untuk kami take, pantainya kecil dan kotor. Kami putar otak, bagaimana cara kami mendapatkan gambar yang bagus. Akhirnya kami putuskan untuk menyebarangi pantai karena menurut info ada pantai/daratan kecil ditengah laut.


            "Menyebrang ya?" Tanyaku pada kru.


Ini akan jadi pengalaman menakutkan untukku karena belum pernah naik perahu ke tengah laut walau sebenarnya gak terlalu jauh dari bibir pantai Marina Ancol. Tapi tetap saja itu pengalaman yang menegangkan. Sesampainya kami di perahu kecil, Kameramen meminta saya untuk take action di atas perahu kecil yang melaju. Tidak hanya itu saya disuruh berdiri di ujung perahu itu!!!



            "Ohhh, Ya, Allah" rasanya gemetar sekali.
            "Bagaimana kalo tercebur, bagaimana kalo tidak bisa pulang" batinku.


Tapi akhirnya saya bisa menghadapi ketakutan itu.
Setibanya kami di daratan kecil itu dan...

           "What???!!" Sampah memenuhi pantai kecil itu. Hmmm...

Padahal hari udah mau gelap. Akhirnya kami terpaksa untuk take karena kami tidak mau kehabisan waktu dan tidak mendapat gambar sama sekali. Sambil syuting, si Mas pengemudi perahu memperhatikan kami, dalam hati saya bilang

            "Mas, apa lihat2, saya ganteng ya?" Hahahaha.

Sesampainya kami di Pantai Marina, kami kembali untuk pulang, namun sebelum pulang saya mendengar sahutan keras dari Si Mas Pengemudi perahu


             "Semoga sukses, ya"
             "Aamiin" jawabku setengah berteriak dan berlalu meninggalkan bibir pantai.


Kami pulang menuju Studio Bambu karena hari makin gelap dan badan serasa letih ditambah besok harus di lanjut dengan syuring lanjutan di daerah pelataran Studio Bambu yaitu, taman ilalang. I like it!!!. Selama perjalanan kami ribet dengan jalan pulang, Mas Marta kelimpungan dengan jalan di Jakarta yang memusingkan.


           "Maklum, kita bukan orang jakarta ya" celetukku disambut ketawa seisi mobil.


Esok hari di pagi buta, saya udah siap-siap untuk take lanjutan video clip "GIA". Saya sangat excited karena padang ilalang adalah tempat favorit saya. Jaraknya tidak jauh dari bambu studio, hanya 20 meter saja kira-kira. Properti bangku panjang menjadi andalan kami. Daaan... Wah indah sekali ketika gambar tersebut tertangkap kamera, hijau pohon rindang, nuansa putihnya ilalang dan langit biru ber-featuring ria pagi itu.
Tanpa basi-basi kami langsung take. Ada rasa takut hari itu, karena kami harus take di padang ilalang liar yang mungkin saja banyak binatang buas, terutama ular. Mas marta yang kebetulan menjadi Astrada (Asisten Sutradara) pagi itu terus mewanti-wanti agar hati-hati karena khawatir ada ular terinjak. Nampaknya Mas marta punya pengalaman tidak menyenangkan dengan padang ilalang.



          "Bang aku pusing" kataku mengeluh pada kameramen sekaligus sutradara pagi itu,  Bang Endang namanya.


Bang Endang ini sudah cukup dikenal bertangan dingin dan piawai mengoperasikan kamera, maka tak heran dia sering dipakai untuk event2 di daerah Jakarta. Termasuk menggarap video clip "Kawan Sejati" dan "Merah putih" yang melibatkanku.


          "Iya, kita istirahat dulu" kata bang Endang.



Sayapun menuju studio bambu dan rebahan. Cape sekali pagi menuju siang itu. Panas.


            "Gama, kayanya kita mesti take lagi deh" kata bang Endang
            "Iya bang siap, tapi mungkin sebentar saja yah, karena saya harus cepat2 pulang karena udah pesan travel" ujarku


Syuting kami lanjutkan setelah beristirahat 30 menitan. Titik syuting kali ini di kolam hias samping bambu yang cukup indah. Kolam ini bagian dari tempat syuting yang biasa dipakai Pak Chaerul Umam (Sutradara "Ketika Cinta Bertasbih") untuk syuting juga. Asyik tempatnya. Pelataran bambu memang tempat untuk syuting sinetron atau film karya bapak Chaerul Umam. Properti rumah, kolam, lapangan, Gazeboo dan lain,mungkin sering sekali muncul di sinetron-sinetron yang sahabat-sahabat lihat di televisi. Saya merasa beruntung karena bisa mengabadikan tempat tersebut dalam video clip saya. Dan setiap kali main ke studio bambu, saya selalu menemui aktor dan aktris di sini. Banyak sekali. Senangnya.

Syuting berakhir dan saya bergegas pulang ke Bandung karena hari besok adalah hari kerja dan ada 3 jadwal promo radio yang harus saya lakoni minggu ini. Dan salahsatunya adalah malam harinya. Itu sebabnya saya pulang cepat dan tergesa-gesa. Sepanjang perjalanan pulang, saya berdoa semoga video tadi bagus. Hmmmm..

Bandung, November 2012


Minggu-minggu ini terasa melelahkan buatku. Kerja, recording, promo, sesi foto dan kegiatan lain yang terasa mencekik leherku. Cape sekali rasanya. Ada dua jadwal promo radio yang harus saya lakoni di bandung dan 1 lagi di tangerang. Ingin sekali rasanya membatalkan, "Ahh kepalang, Lagian poster elektronik udah diterbitkan, bisa malu nanti".


Tangerang, November 2012


Dua hari satu malam di tangerang sedikit mengobati kelelahanku karena bertemu dangan sahabat-sahabat penyiar yang selama ini saya sapa lewat Facebook, twitter atau SMS. Weekend itu saya diharuskan menjalani promo disebuah radio Islami di sana. Asik sekali dan sangat menyenangkan.

Tidak banyak yang tahu bahwa ketika saya wawancara, listrik sempat mati di tengah-tengah wawancara hingga terpaksa berakhir. Banyak yang kecewa dan protes, kenapa jaringan hilang. Padahal listrik memang mati.
Rasanya ingin tertawa terbahak-bahak malam itu tapi juga kesal, dan malu. Tapi akhirnya wawancara bisa kami lanjutkan keesokan harinya. Itu pengalaman yang tak kan saya lupakan.
Konon katanya, ketika Munsheed United ke sini untuk wawancara juga mati listrik dan gak sempat wawancara. Benar2 sangat menyenangkan dan lucu. Aku, Pak Gun, Kang Iwan, Kang Asbie dan Kang Olan menutup rapat2 ini. Tapi akhirnya suatu saat saya pasti ceritakan. XD


          "Ping". Bbm masuk
          "Gama, kita harus re-take video clip "GIA" deh, banyak gambar yang gak bagus kemarin" Bang Endang bbm saya.
          "APaaaaahhhh, tidaaakkkk????" Kataku tersentak ala Fitri tropica..wwkwkw
          "Iya, Gama kamu harus re-take" kata dia
         "Hmmm, baiklah bang...kita lihat saja karena saya masih banyak yang harus dikerjakan" ujarku


Selepas menginap di tangerang, saya memulai memikirkan apa yang terjadi.

          "Aku harus re-take yah?" tanyaku dalam hati.  Pagi itu tangerang hujan lebat dan menyebab aku ditinggal travel.


Bandung, Awal Desember 2012


Minggu-minggu ini terasa berat, badanku drop selama dua mingu, sakit-sakitan terus. Lelah sekali. Akhrinya saya ambruk dan mengambil cuti untuk beberapa hari. Kalaupun harus keluar rumah yah, paling main ma kakak saja. Numpang main. Kasihan ya..hehe.



          "Ping" bbm berbunyi.
          "Gam, kapan kita retake video clip "GIA"-mu?" Bang endang BBM
          "Hmmm, iya Bang kayak udah terlalu lama juga yah dipending, tapi saya sarankan maksimalkan aja gambar kemarin" ujarku


Akut teringat kembali bahwa ada kewajiban yang belum terselesaikan, video clip "GIA" yang sangat mengganjal karena belum beres juga.


            "Nampaknya kamu harus re-take, dech. Gambarmu kemarin 50% saja yang layak selebihnya enggak" kata pak ramdhan, ketua ANN DKI yang di hari yang sama BBm saya.
            " Saya pikirkan dulu, pak" ujarku menimpali.



Siang itu aga gundah gulana melanda, akhir tahun adalah bulan yang paling padat. Bulan ini banyak sekali pekerjaan, baik dirumah ataupun di kantor dan ada proyek musik yang harus saya kerjakan, termasuk proyek bersama teman-teman ANN Jabar.
         
           "Tapi ini video udah ketunda 1,5 bulan bahkan lebih" batinku

            "Waktu segitu harusnya cukup untuk aku bikin Film sekalian, yang berjudul, "Si Ganteng Maut dari Priangan timur". Batinku lagi, sambil tersenyum kecut.



Yaph, 1,5 bulan video ini terbengkalai sudah. Akhirnya saya mengontak Studio bambu meminta untuk merilis trailer terlebih dahulu agar penikmat musik bisa menikmatinya dahulu, karena mereka sering kali bertanya

            "Kang, mana video clipnya, saya udah nungu2 loh" tanya seorang penikmat nasyid di chat facebook.

            "Iya kang, nantinya yah tahun gajah kedua" ungkapku. Dibalas tertawa lepas dari si chater hari itu.

Akhirnya, Trailer "GIA" dirilis di minggu kedua Desember dan yang mengapresisasi cukup banyak dan menuai komentar positif tapi tak sedikit pula yang berkomentar negatif atau sebatas mengutarakan kekecewaan.


            "Kang kok 30 detik aja sih, mana versi full-nya?" Ujar seorang penikmat lain

            "Sabar ya, ini baru trailer aja, nanti deh saya share" jawabku


            "Kang lagunya udah juara chart dimana2, tapi videonya kok masih belum lengkap" ujar penikmat nasyid lainnya lagi.

            "Iya ni, Teh, dipingit dulu" ujarku

Haduuhhhhhh, banyak yang bertanya. Rasanya ingin terbang ke negeri kurcaci sambil menunggang paus akrobatik menuju langit lapisan ke-tujuh (iklan banget ya) .

            "Ciaaaaaaaattt" ha ha


Bandung, Akhir Desember 2012


            "Pak saya setuju untuk re-take" ujarku

            "Ohh, okee kita re-take tanggal merah saja yah" ujar pak ramdhan

            "Siap, pak"

            Akhirnya aku memutuskan re-take dengan segala komsekuensi yang harus saya terima. Totalitas. Yah, ini tentang totalitas. Dan mimpi untuk selalu membuat orang lain tersenyum. Seketika aku rasa lelah dan kesal yang melanda kemarin tiba2 berubah menjadi semangat yang berapi-api. Saya terbangun dan tersadar untuk tidak diam dalam kegalauan yang tidak bermanfaat.
                      "Selesaikan apa yang kau mulai..."


-------------------------------------------------Flash Back-------------------------------------------


Bandung, Agustus 2012


"Gama Fatul- Untai Do'a", akhir-akhir ini namaku marak dipasang dijejaring karena katanya peminat lagu ini cukup baik. "Artis Facebook", begitu mereka mengejekku. SMS kasar, chat tidak senonoh aku terima semenjak aku launching lagu tersebut. Chart2 radio menampang namaku begitu banyaknya dan tak terhitung, bahkan ada yang komplen, mengapa namaku begitu memenuhi semua radio2 pada waktu itu. Tak terpikir olehku sebelumnya akan animo pendengar yang cukup bagus terhadap lagu sederhana yang tadinya saya niatkan untuk mengenang 2 tahun Alm. Ayah.


            Ya, untuk Alm. Ayah saya, lagu itu begitu sederhana namun dalam, begitu kata mereka. Beberapa bulan kemudian lagu itu menghilang dibicarakan, meski masih ada saja radio yang memutarnya hingga sekarang.

            "Selanjutnya, apa?" Kata seorang teman yang membuyarkan lamunanku.

Akhir-akhir ini kami intens berkomunikasi, namanya Zey seorang ikhwan yang juga Munsyid bertalenta dari Bandung. Zey yang membantuku sejauh ini, termasuk membuatkan slide show sederhana "Untai Do'a" di youtube. Zey seperti mengingatkanku untuk segera bangun dan tidak berdiam diri dengan kegembiraan atas diterimanya lagu "Untai Do'a" oleh pendengar, dia ingin mengingatkan bahwa saatnya aku menelurkan lagu baru.


            "Kang, lagu "Untai Do'a" animonya bagus, selanjutnya kang Gama mau ngapain?" Tanya seorang penyiar radio malam itu.
            "Hmmm apa ya ?" Jawabku balik bertanya di chat facebook malam itu.

Tidak bergairah. Kata "Selanjutnya mau ngapain" itu selalu bergelayut di pikiran dan hati. Malam itu saya bergumam

            "Iya, yah selanjutnya apa" tanyaku pada diri sendiri sekaligus membenarkan pertanyaan penyiar tadi. Zey benar, aku harus buat lagu baru.

Agustus adalah bulan keempat di tempat kerja baruku. Disini penyesuain diri sulit sekali karena ini perusahaan besar dan job desc yang susah2 gampang. Mana mungkin bisa menciptakan lagu baru di saat genting seperti ini. Lagian lagu lama yg pernah aku buat dulu, belum kudapatkan chemistry-nya dan banyak event pula di kantor. Tapi malam itu tangan ini berusaha mencari pensil dan selembar kertas HVS untuk membuat lagu.Saya buta sekali alat musik, tapi hati dan pikiran ini meyakinkan bahwa saya bisa membuat lagu.


Malam itu tergores kata-perkata di malam yang makin sunyi.

            "Aaaargghh, buntu" geramku sambil menarik selimut dan tertidur. Malam selanjutnya kulanjut untuk meneruskan lagu yang belum selesai itu. Otaku beku. Tidak bisa berpikir, yang ada di otakku hanya kerja dan kerja. Akhir Agustus, lagu itu selesai. Tapi hati masih aja tidak mengikhlaskan. Rasanya ada yang aneh dan mengganjal.

            "Percaya Allah selalu ada..."

Itu lirik pertamaku yang kubuat.
Rasanya ada kata yang harus dirubah. Gak cocok.

            "Hmmm , apa ya ?..." Gumamku

Lagu ini sempat bermasalah, karena sempat dua kali ganti arranger. Dan menyebabkan masalah yang keruh dan semakin keruh. Hingga akhirnya jatuhlah ke arranger ketiga, arranger favoritku, kang Indra "Shaffix" yang juga "membidani" single perdana Soultan "Sesal Saja Tiada Guna".
Saya utarakan keinginan untuk memproduksi single "GIA" pada kang Indra, beliau setuju walau pertamanya menolak. Sebenarnya sempat mengganjal karena lagu itu sebetulnya belum rampung. Tapi ku paksakan. "Apa yah...judul yang cocok, lagian liriknya masih biasa" Batinku berkecamuk.


            "Percaya gemilang itu ada..." Kata-kata itu tiba2 muncul.

Yaph, itu kalimat yang cocok. Kalimat yang kuat dan bertenaga!

            "Yeahhhh, I've got it!" Malam itu aku teriak sekuat tenaga.

            Kurun Agustus-Semptember, job nyanyiku lumayan kencang, mungkin efek dari "Untai Do'a". Tapi entahlah, aku percaya rezeki sudah diatur Allah, tidak akan tertukar. Malam takbiran, malam Idul Adha. Aku Pergi menembus macetnya Jakarta yang malam itu serasa sesak. Pulang kerja, langsung pergi ke Jakarta tanpa pulang ke rumah karena saya harus take vocal di Bambu studio bertepatan hari Idul Adha. Ribet juga kalo pulang dahulu. Malam itu macet dan ramai sekali. Pasar malam mewarnai ramainya studio Bambu malam itu. Persis sebelah dengan studio bambu.

           "Orang lain kumpul keluarga, ini malah take vocal" gumamku.

            Akhir2 ini saya sering sekali berbicara dengan diri sendiri, bergumam, membatin, celoteh. Self talking. Mungkin kesepian atau mungkin jarang bersosialisasi dengan orang selain orang kantor. Di rumahpun begitu, jarang mengobrol bersama keluarga. Rutinitas yang "sesuatu" sekali ya.
Take vocal lancar dengan bantuan Mas Marta sebagai vocal director dan Mas Dikky juga membantuku untuk mastering lagu ini. Lagu "GIA" sempat mengalami beberapa revisi. Kesabaran dipertaruhkan kembali demi hasil maksimal. Dan demi promosi yang sudah aku rancang jauh2 hari di sebuah TV online dan beberapa radio Islami/komunitas di Bandung, Jakarta dan Tangerang....


Jakarta, Akhir Desember 2012


Saya berangkat ke jakarta dengan sisa tenaga. Lancar tapi mendung. Mendung langit. Mendung hati.


          "Kita ke Pulau Tidung aja yah" Kata bang Endang sembari mengotak-atik laptopnya. Menyadarkan diriku kalo aku sudah ada di Studio Bambu sore itu.
          "Kita ke Tidung aja untuk finishing video clipmu" tambahnya lagi
          "Daripada Banten jauh, ini aja dech" katanya lagi sambil menunjuk situs yang memuat info Pulau Tidung di laptopnya
         "Kalo menginap gak bisa, Bang. Aku kerja besok" timpalku
         "Ahh gausah nginep, kita PP(pulang-pergi) aja" katanya.
         "Waduh PP?" Ujarku kaget.
         "Hmmm, Baiklah, aku setuju" ujarku lagi.


Baru kali ini aku mendengar PP untuk ke Pulau Tidung. Konyol, tapi baiklah akan ku jalani. Sore itu studio bambu mendung dan gerimis.

            "Oke, Pulau Tidung saja" kata Pak ramdhan setuju juga.
            "Kita berangkat pagi buta,yah, saya siapakn semua peralatan" timpal bang Endang
            "Yah, saya bawa rekan-rekan lain untuk kita pergi" kata pak ramdhan menimpali.
            "Siapa, pak?" Tanyaku pada pak Ramdhan
            "Arief dari Tarbawai dan Bandar dari Fortento"
            "Waduh, apa gak merepotkan, Pak?" tanyaku kaget. Mereka itu senior semua.  Aku sungkan sekali.
            "Tenang saja, nanti kita bicarakan kesedian mereka yang pasti mereka mau bantu"katanya lagi.
Esok harinya, Kami pergi pagi-pagi buta. Bang arief hari itu udah datang dan Bang Bandar urung datang karena ada perlu.


            "Oke, kita pergi" kata pak Ramdhan

Mobil melaju kencang menerobos jalan tol pagi buta hari itu.

            "Kita ke muara angke" kata bang Endang mantap.

Kami sampai di pasar ikan muara angke,

            "Astagfirullah" teriakku. Pasar ikan itu nampak kumuh dan meninggalkan sisa2 sampah pasar dan genangan air hujan tadi malam. Bau busuk dan amis menari-nari di hidungku dan rasa mual menyeruak.

            "Gak salah nih" tanyaku ragu.

Perjalanan horor dimulai disini.

Kami meniti jalan menuju dermaga yang pagi itu penuh genangan air menghitam dan bau busuk featuring amis. Rasanya ingin pulang saja.

            "Ayo cepat nanti kita ditingal, semoga masih ada kapal yang mengantar kita" kata bang Endang.
Kami berjalan terburu-buru sekali. Khawatir tertinggal kapal yang menyebang tidung. Ini kali kedua aku pergi ke tengah laut dan ini lebih jauh.


           "Ya, Allah. Bantulah hamba" rintihku

            Kapal yang mengangkutku hari itu cukup bersih, murah untuk seukuran melintas pulau. Tapi rasa takut tetap kuat di hati. Sepanjang jalan berdo'a dan berdo'a. Apalagi ketika kapal tersa miring ke kanan atau menghantam ombak ganas.

            "Gam, ganti baju gih sekalian make up. Kita take di sini buat stok gambar" kata bang Endang membuyarkan lamunanku.

            "Apaa?? Gak salah??" Sontak terkaget

            "Iya, kita ke ujung kapal, kita take disana" tambahnya lagi

            "Kenapa harus gini lagi yah?" Batinku.

            Ini kedua kalinya bang Endang menyuruhku take gambar di atas perahu yang melaju setelah di Marina Ancol tempo hari, mirip Jack-Rose di kapal Titanic. Hahaha. Keringat dingin mengucur. Hal yang paling risih adalah ketika harus berdandan didepan pengunjung lain. Ada yg tertawa kecil dan mencemooh.

            "Ahh biarlah, ga peduli"

            Smartphone berbunyi kencang dan banyak setelah ku buat status "OTW Pulau Tidung". Ada yang bertanya tujuanku kesana apa, ada yg pengen diajak dan ada juga yang mendukung aktivitasku hari itu. Perjalanan 3 jam itu sungguh memualkan. Muara Angke - Pulau Tidung serasa perjalan Bandung-Jakarta. Bahkan lebih.

            "Bangun, bangun udah sampai" Bang Arief membangunkan kita semua. Pak ramdhan nampak pucat, kurang enak badan katanya. Mual. Kami turun dengan semangat dan meniti tangga keluar.

            "Horeeeeee, tidunggggg" teriakku
            "Tapi, ko banyak sampah ya..."

Lagu "Rayuan Kelapa" karya Ismail marzuki yang sedari tadi ku nyanyikan dalam hati tiba2 hilang karena kecewa melihat sampah....


Melambai lambai

Nyiur di pantai
Berbisik bisik
Raja Kelana...."

Malesin banget.

Kami berjalan sambil mencari tempat berteduh. Sebuah warung jadi pilihan kami.
"Eh, ini kapal terakhir loh, gada kapal lain yang mengantar kita pulang" Kata bang Endang membuka obrolan di warung hari itu. Aku terkaget-kaget mendengar kata2 itu. Hari ini menunjukkan pukul 10.45 sedangkan kapal yang menuju muara angke terakhir pkl. 11.15 atau dengan kata lain, perahu yang kami tumpang tadi merupakan perahu terakhir yang akan mengantar kami kembali ke Muara Angke. Itu artinya kita tidak punya waktu untuk syuting. Datang lalu pulang.


            "Ya, Allah permudahlah" doaku dalam hati.
            "Kita tak ada waktu" ujar pak ramdhan
            "Segera siap-siap syuting" tambahnya lagi.


            Rasanya ingin sekali pulang aja, tidak usah lagi syuting-syuting, tapi saya harus profesional. Lima menit bersiaps-siap saya dan bang Endang pergi menuju titik yang menurut kami bagus. Kami berdua menumpang kendaraan "gajelas"
Setengah becak setengah motor untuk menuju spot yang kami inginkan. Mungkin ini kendaraan "Jadi2an". Wkwkwkwk. Si mas pengendara becak "jadi2an" itu menggeber kendaraanya sesuai rekues kami. Hari itu saya seperti dikejar2 anjing tetangga waktu kecil.
Dalam hati terus berdoa "mudahkanlah, Ya, Allah" doaku berulang.


            "Wah, bang jembatan cinta lagi renov nih gamungkin kita pakai untuk take" kataku sambil memicingkan mata karena teriknya matahari.

            "Iya, kita pindah aja ke pantai deh" kata bang endang.


            Syuting di pantai saat itu menyenangkan. Setidaknya agak bersih dari Marina Ancol walaupun sampah tetap saja ada . Di tengah syuting, bang Arief dan pak Ramdhan menyusul. Sambil memberitahu kami bahwa kita bisa naik kapal jam 12 siang. Itu artinya kami bisa lanjut syuting. Semua tempat kami eksplore.

            "Yuuk, pulang. Sudah jam 12 ini" kata pak Ramdhan.
Kami bergegas pulang menggunakan becak "jadi2an" tadi. Tapi Hati ini berasa tidak enak ya. Dan benar saja, kami ditinggal kapal pulang. Padahal kami sudah bayar tiket pulang.

            "Ya, Allah....." Sedih, bingung berkecemuk. Siang itu dunia serasa runtuh. Dan rasanya ingin sekali bernyanyi "Leo Leo Leo heiii" sambil kayang. Sejam kami tertunduk lesu. Pak ramdhan mengajak kami untuk Shalat
Dzuhur biar tenang. Shalatku hari itu khusuk aku berdoa agar bisa pulang. Rasanya takut sekali hari itu. Berdoa, berdoa dan berdoa.

Sebetulnya ada kapal yang bisa mengantar kami pulang, tapi harganya... Ih waw sekali!

            "Aduh mana saya gabawa uang cash" kata bang Endang
            "Saya juga" timpa Pak Ramdhan
            "Sama" ujar bang Arief
            "Ada ATM gak ya" tanyaku
            "Ga mungkin lah di pulau kecil ini ada ATM, dan kita gak mungkin menginap di sini, kasihan istri" Timpal Bang Endang.


Aku baru sadar bahwa merka sudah beristri semua kecuali aku. Itu pertanyaan bodohku  seumur hidup. Mana ada ya, ATM di pulau kecil. Bodoh.

            "Ada kok bang, tuh deket kantor pemerintahan Pulau Tidung" kata Si Ibu pemilik warung sambil menunjuk sebuah bangunan. Warung ini memang menjadi tempat peristirahatn kami, si Ibu baik sekali, memperbolehkan shalat dirumahnya dan kali ini dia memberitahu letak mesin ATM.

            Seketika si Ibu Warung nampak seperti Malaikat penolong berbaju putih lengkap dengan lingkaran di atas kepala sambil membawa tongkat. Jiaahhh

            "Dimana, Bu? Sahutku semangat.
            "Itu di sono" katanya menunjuk sebuah bangunan.


            Aku pergi bersama bang Arief menuju ATM dengan sumringah. Ternyata ATM ini milik bank daerah yang cukup ternama di Jakarta. Sesampai di sana kami masuk ke ATM. Saya masukan Kartu ATM ke mesinya dengan tergesa daaan...

          "Maaf transaksi tidak bisa kami lanjutkan untuk sementara". Rasanya ingin sekali menangis.

         "Ya, Allah permudahlah". Aku berpikir keras. Kenapa tidak bisa keluar uang padahal saldonya masi
lumayan banyak hiksss. Aha,

Ya, jelaslah uang gak keluar karena itu jenis Kartu ATM yang aku pegang cuman bisa dibuka di ATM bank bersangkutan.

            "Gak bisa ya, Bang" tanya seorang penjaga siang itu. Tapi sebenarnya kami tidak tahu persis siapa dia.
            "Iya pak, gak bisa" ujarku lesu

Tiba2 aku ingat ada ATM satu lagi yang aku punya, aku berlari menuju tasku yang tadi disimpan di warung itu tanpa menghiraukan bahwa aku meninggalkan bang Arief di belakang. Aku ambil ATM dan ku masukkan, Alhamdulillah, uangnya keluar. Ingin rasanya teriak hari itu. Takut gabisa pulang, takut ini dan itu. Tapi akhirnya ada jalan keluar. Semua ketakutan sirna.



            "Bagaimana, bisa bang" tanya si penjaga lagi.
            "Bisa pak" sahutku
            "Kalo ada masalah ma ATM itu nanti saya yang kena marah Jokowi tuh" katanya
            "Lho ko Jokowi pak?" Tanyaku
            "Iya, sebentar lagi Jokowi mau kunjungan ke sini, kalo posisi ATM ngadat bisa kena kite apalgi di gedung pemerintahan gini, Bang" Jelasnya dengan bahasa betawi.
            " Hhmm ogtu ya, pak, makasih ya pak" ucapku sambil berlalu.
            "Terus gue harus bilang 'Jokowow' gitu pak" ucapkuu dalam hati sambil tertawa sendiri dan berlalu.

            "Ini saya udah dapat uangnya!!" ucapku pada semua orang.
            "Ayo cepat daftarin ke kapal predator itu, nanti keburu penuh" kata pak Ramdhan.

Aku menganguk dan pergi diantar Bang Endang. Rasanya lega sekali ketika kapal masih kosong siap mengantar kita walaupun di hati tetep bilang...
            "Ini kapal kok hargnya Fir'aun banget yah...hmmm"
            "Ini kapal terbaik yang ada di sini, cepat lajunya wajar mahal" kata si petugas kapal. Waduh kok si petugas bisa jawab batinku yah. Hahahaha.



Sekembalinya ke warung itu, aku lihat pak Ramdhan asyik bercengkrama dengan seorang Warga Negara Arab dengan istrinya yang kelihatannya orang Indonesia. Asyik sekali mereka. Ternyata pasutri itupun sama ditingal kapal juga.
Aku tunjukan tiket masuk ini pada pak Ramdhan. Ada 1 jam menuju keberangkatan. Kami pergi untuk melanjutkan syuting. Lumayan daripada diam. Lagian syuting tadi dirasa gak optimal karena diburu2.

Saya putuskan take kembali di pantai yang indah walaupun sebenarnya gak indah2 amat. Banyak sampah memang. Kami take beberapa stok gambar, lumayan kalo2 ada yang kurang.
Kami take di dekat kapal predator tadi agar kami tidak ditinggal lagi. Hahah. Parno.
Jam keberangkatan tiba, kami bergegas masuk.


            "Wow, keren sekali ini kapal, tampak kecil tapi bisa memuat 85 orang. Interior bagus, bentuk kapal juga unik" gumamku.



Kupilih satu tempat duduk yang nyaman sebelah Bang Endang. Dan ku lihat pasutri arab-  indonesia juga masuk. Si suami duduk di sampingku dan bang endang bergeser, sedang istrinya ada di belakang. Satu shift hanya 3 kursi. Kapal ini memang keren sekali. Mantap. Pantas harganya firaun sekali. "Bremmmm...." Kapal melaju kencang tanpa aba-aba. Rasanya seperti naik wahana Dufan. "Duaaaarrrrrrrr..." Ku dengar perahu lancip ekpres ini menusuk2 ombak besar. Rasanya jangan ditanya. Lebih parah dari kapal yang pertama mengantarkan kami. Tapi setidaknya lebih aman.


            "Ping". Smartphone-ku berbunyi. Banyak sekali yang mem-bbmku. Mereka bertanya bisa pulang atau tidak. Ada yang mendoakan ada juga yang ngambek gak diajak. Ku buka akun facebook. Di sana banyak sekali komen dari para pecinta nasyid yang turut juga mendoakan atau sekedar chit-chat gak jelas.

          " Lagi dimana? Di tidung yah? Berani amat, bukanya anginya kencang kalo  siang" BBM masuk lagi.
          "Siapa yah?" gumamku. Kang Iswandi Bana mem-BBm ku!
          "Iya kang nih lagi di tengah laut, otw pulang baru ada sinyal". balasku
          "Hati2 ya, selamat sampai pulang" ucapknya lagi
          "Syukron kang Iswandi" ucapku.

            Perjalanan itu terasa ekstrim, horor dan menegangkan. Langit separuh terang separuh gelap. Mirip film "Haryy Potter" waktu "Dementor", sang pelahap maut keluar dari tempat persembunyianya. Kelam. Berkabut. Sepintas juga mirip payung hitam pekat. Ada2 saja memang, tapi hari itu adalah pengalam yang sangat berharga. Serasa di ambang hidup dan mati. Kami nampak kecil di tengah2 laut sore itu.


            "Ya, Allah ampuni dosaku" aku merasa hari itu mau meninggal. Sedangkan kapal terus saja melaju kencang bak wahana "halilintar". Ku dengar suara2 orang muntah. Dan rasanya ikut mual. Dan ku ingat ada sebuah jeruk yang belum ku makan di kantongku, ku makan dengan sekilas saja. "Nyaammm"
Rasa mual menghilang seketika. Alhamdulillah. Perjalan sore itu benar ekstrim, dan kali ini kami sampai dengan selamat ke sebuah dermaga di Muara Angke, tapi kali ini dermaganya lebih bagus dari dermaga waktu keberangkatan tadi. Dan... "Byuuurrr" hujan besar membahana. Kami berteduh di dermaga yang nampak direnovasi. Kami berjalan cepat bak atlet jalan cepat Olimpiade.

            "Wah, kita malah menjauh dari parkiran nih" Kata bang Endang
            "Iya, mungkin kita bisa naik kendaraan umum untuk ke parkiran." Kata Pak Ramdhan menyahut.



            Ternyata kami tiba di dermaga yang cukup jauh dari dermaga tempat kami parkir mobilnya. Kami terselamatkan ketika ada odong-odong" lewat didepan kami. Odong-odong itu sejenis gerobak yang ditarik motor yang biasa dipakai anak-anak untuk bermain. Dan untuk ketiga kalinya kami bertemu dengan pasutri Arab-Indonesia itu.

            "We meet again, Sir" ujarku sambil naik odong-odong itu
            "Yes" si Mister itu menjawab dan tersenyum didampingi istrinya.



            Odong-odong seperti tidak stabil, mungkin karena terlalu banyak muatan. Di dalam juga terdapat penumpang lain yang rata2 anak2. Malu sekali naik naik odong-odong bareng anak2. Hahahah...


            "Ping" BBM ku berbunyi lagi. Kali ini Teh Ina, istrinya kang Suby mem-BBM ku.
            "Lagi di Tidung ya,?" Tanyanya
            "Iya teh, aku mau pulang nich, hujan, lagi naik odong-odong" serentak Teh Ina memasang emoticon orang terbahak2 setelah ku bilang "odong-odong".

Aku jadi teringat, ketika tadi di dalam perahu aku membaca sebuah komen di jejaring dari kang Suby yang mengomentari fotoku di pulang Tidung , beliau berkata "Percaya pulau Tidung itu ada" katanya memplesetkan judul laguku. Aku tersenyum. Kang Suby dan Teh Ina memang dikenal baik hati, saya nge-fans sama mereka berdua. Keduanya Munsyid berprestasi dan rendah hati.


            Tiba2 suara teriakan memecah konsentrasiku yang sedang asik memainkan smartphoneku.

            "Woi...woi..woi......" Suara anak berisik dan berteriak2. Astaga!


            Mereka berenang di genangan banjir yang cokelat itu, jalan-jalan pasar ini nampak seperti sungai dan odong-odong yang kami naikin seolah seperti perahu. Dan entah mengapa hari itu berasa "sick of water". Kulihat satu dari mereka memegang badan odong-odong, mengaitkan tangannya ke pijakan odong2 layaknya orang yang bermain jet ski yang ditarik perahu boat. Lucu sekali. Aku tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku anak ini. Anak-anak lain juga terlihat bermandikan air genangan banjir yang menurut saya menjijikan dan bau.
Parkiran sore itu banjir. Air hitam, bau busuk, binatang kecil dan sampah berkolaborasi dalam nada harmoni "Parara..parara..parara" Begitulah kira2.

Sore itu kami berpisah denga pasutri Arab-Indonesia itu. "See you" ujarku. Melambaikan tangan. Dramatis sekali seperti meninggalkan pengantin yang mau pergi menuju bahtera baru. Bagamaiana tidak, mereka turun dari odong odong dan tidak membawa kendaraan sendiri dalam keadaan banjir. Mereka menepi di sebuah lapak pasar ikan. Kasihan.
Aku dan kru pulang menuju bambu malam itu. Berasa de javu. Mungkin bukan de javu tapi peristiwa yang terulang. Bedanya, kru kali ini berbeda orang, tidak ada Mbak uni, tidak ada Fahri tidak ada mas Marta. Rasanya lama sekali gak Bertemu mereka. Apalagi Ryan, dia sibuk dengan segudang pekerjaannya. Kasihan mereka. Kecapean dengan segudang aktivitasnya. Malam itu mobil melaju ke arah Jatiwaringin, mengantarkanku ke travel menuju Bandung. Aku pamit pada pak Ramdhan, Bang arief dan bang Endang.


Perjalan travel malam itu lancar. Karena sudah terbiasa ber-travel ria, semua seperti biasa saja. Tidak ada yang istimewa, tidak seperti pertama kali aku ke Jakarta. Penuh dengan kesumringahan. Sepanjang perjalanan aku tertidur pulas. Walau sesekali terbangun. Tapi hati ini terus berbicara "Berat sekali perjuangan ini Ya, Rabb. Baru kali ini aku merasa tersiksa sekali untuk membuatkan sebuah karya, semua ku curahkan untukMu, ibadahku dan amal baikku. Sia-sialah semua tanpa ridhoMu, ya, Rabb." Bathinku


Aku sampai di rumah dengan selamat. Langsung tertidur. Esok aku haru kerja kembali. Akhir2 ini malas sekali bekerja karena merasa video ini lbh penting daripada bekerja. Ada-ada saja ya pikiranku. Harap-harap cemas. Bang endang menjajikanku bahwa finishing video hanya membutuhkan 1minggu. Pas sekali dgn apa yang ku bayangkan, karena memang aku berniat menguploadnya di awal Januari. Ekspektasiku, video ini adalah video untuk mengantar pendengar agar lebih optimis menghadapi tahun baru, tahun 2013 nanti. Itu niatku.
Seminggu serasa sewindu. Akhirnya ku dapatkan videoku. Ada rasa lega, kecewa dan lelah. Lega karena akhirnya selesai juga, kecewa karena ada beberapa scene bagus tapi tidak masuk, ya mungkin sesuai kebutuhan saja dan lelah karena perjuangan yang panjang dan tak mudah.



Bandung, Januari 2013


            Kudapati video ku terupload dengan megahnya di Youtube. Banyak komentar positif, memuji aktingku, pemandangannya, konsep, gambar dan lainnya. Meski tak sedikit pula yang menilai negatif atau sekedar saran. Pro kontra sudah biasa jadi makananku. Sama halnya ketika aku dan rekan2ku di Soultan merilis "Sesal Saja Tiada Guna" yang waktu itu cukup kontroversi dengan irama hip hop yang kata orang mirip lagu Senam SKJ bahkan "Dugem" kata meraka. Tapi pada akhirnya lagu tersebut mendapat sambutan yang cukup bagus. Apalagi nasyid, pro kontra itu sudah biasa, kita tidak bisa memaksa semua orang untuk menerima musik kita, warna kita, lagu kita. Biarlah pendengar menilai dan semakin dewasa. Pendengar nasyid harus belajar untuk menerima musik yang semakin berkembang. Saya percaya bahwa suatu hari nanti nasyid/mupos ini akan mendapatkan tempat di hati masyarakat, tidak hanya di bulan suci Ramadhan saja, tapi juga di bulan2 lainnya. Dan saya juga teringat bahwa nasyid bukanlah semata tanggung jawab kita terhadapa pendengar tapi juga pada Allah Sang Pemilik semesta.


Saya selalu mengutamakan totalitas dan kejujuran dalam berkarya. Karya-karya yang berasal dari hati Insya Allah akan sampai ke hati juga. Allah Maha Tahu, Allah Maha Melihat. Hanya Dia yang tahu apa niatku di nasyid ini. Akupun mulai belajar bahwa dimanapun kita berada, akan ada saja yang suka dan tidak suka kepada kita, terlepas kita bersalah atau tidak. Allah Maha menilai, aku percaya itu. "Gemilang Itu Ada", bukanlah semata2 lagu buatku, tapi juga "reminder" untuk tidak lupa untuk selalu mencapai cita dunia akhirat. Ini bukan sekedar lagu, tapi juga curahan dan jeritan hatiku yang lama berakumulasi dan mungkin mewakili pendengar yang memiliki pengalaman yang sama. Pembeda seorang "Pemimpi" dan "Yang Berusaha" hanyalah pada aksi selebihnya sama. Mimpi tanpa aksi itu adalah sia-sia. Ku selalu berdoa bahwa ini bukanlah kejumawaan diri, riya atau sumu'ah. Semua murni dedikasi, ibadah dan totalitas yang ada pada diri walau kita tahu bahwa hati orang siapa yang tahu, manusia hanya bisa saling menerka2 saja. Semoga hati ini semakin ikhlas menjalani ini semua, semoga aku tidak hanya memperindah suara dan tampilan saja, tapi juga akhlaq dan ibadahku.


            Sejuta rencana telah kuukir tahun 2013. Ada yang mendoakanku bisa merilis album dan muncul di TV, aku aamiinkan walau bukan itu tujuanku. Aku dan Allah akan selalu bersinergi, tidak peduli banyaknya orang yang tidak simpati. Cacian, makian dan anggapan miring dari orang2 yang tidak menjaga hati, kuanggap sebagai "hiburan" saja. Tutup telinga, "kacamata kuda" dan melenggang menuju kesuksesan. Ini belum apa2, ada hal2 yang lebih penting yang haru ku kejar.

"Dear Lovers,


Saya tidak pernah memaksa seseorang untuk menyukai saya. Saya hanya bisa berkarya dan meminta apresiasi saja. Karya seni tanpa apresiasi itu percuma. Apresiasi kalian adalah kekuatan saya, kepercayaan saya dan penyemangat di waktu down. Tanpa kalian semua, karya2 ini bukanlah apa2. Kalian yang membantu saya, kalian yang menyemangati saya. Saya bukanlah siapa2, saya hanya orang biasa yang berkarya. Mohon maaf jika suatu waktu pernah menyinggung hati kalian. Mohon maaf dan mohon untuk di lapangkan. Saya hanyalah manusia biasa dan tentu saya selalu membutuhkan kalian semua"


"Dear Haters,

Dari pertama kenal kalian saya tidak pernah berniat melukai perasaan kalian, saya menyarankan kalian untuk mengkoreksi diri sendiri sebelum mengkoreksi saya. Allah Maha Tahu dan Maha Melihat. Tidak ada istilah mantan teman dalam hidup saya. Ukhuwah harus tetap kita jaga walau riak2 kecil selalu saja akan ada. Mohon di lapangkan segala kesalahan saya. Cacian, makian, kata menyinggung, sindiran dari kalian akan saya kumpulkan ibarat batu yang saya susun hingga membentuk tebing dan saya naiki untuk meninggikan harkat, derajat dan martabat saya. Manusia tiada yang sempurna, teman. Memaafkan adalah kunci ukhuwah kita"
Semoga lagu "Gemilang Itu Ada", benar-benar membantuku untuk mencapai kegemilangan tahun 2013 ini. Aku percaya Allah bersamaku. Aku percaya. Aku percaya. Aku percaya.



With Love,

Salam Gemilang
“Gama Fatul”

0 comments: